BI: Jangan Panik, Kondisi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998-2008

Lantaran yang terjadi saat ini karena faktor COVID-19

Jakarta, IDN Times - Wabah virus corona membuat ekonomi global mengalami ketidakpastian. Pelaku pasar pun panik. Mata uang dunia merosot drastis, termasuk rupiah yang menyentuh level Rp16.550 per dolar AS.

Masyarakat pun bertanya-tanya, apakah Indonesia akan kembali menghadapi krisis moneter seperti yang terjadi pada tahun 1998 -2008?

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pun merespons hal itu. Dia memastikan bahwa kondisi volatilitas di pasar keuangan serta kondisi ekonomi secara keseluruhan sangat berbeda dengan apa yang dihadapi dunia 22 dan 12 tahun lalu

"Yang terjadi sekarang ini masalah pandemi COVID-19, yang eskalasinya luar biasa. Kita lihat di Italia jumlah yang meninggal lebih banyak dari di China," katanya dalam video conference, Kamis (26/3).

 

1. Investor panik sehingga menarik aset mereka

BI: Jangan Panik, Kondisi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998-2008IDN Times / Auriga Agustina

Perry mengatakan, investor asing mengalami kepanikan karena masyarakat di negara-negara yang terdampak virus corona, termasuk di Indonesia terus mengalami kematian yang jumlahnya meningkat setiap waktu. Hal itu yang menyebabkan investor menarik aset investasi mereka.

"Kami pastikan bahwa berbeda dengan tahun 2008 maupun 1998 (Asia crisis). Industri perbankan kita secara keseluruhan dalam kondisi yang sehat, dengan Capital adequracy ratio yang tinggi dengan non performing loan yang tinggi maupun juga kondisi pasar keuangan kita yang baik," tegasnya.

Baca Juga: BI Borong SBN, Gerak Dolar AS Tertahan

2. Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini, tidak bisa dibandingkan dengan tahun 1998

BI: Jangan Panik, Kondisi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998-2008Ilustrasi uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia menjelaskan bahwa pelemahan nilai rupiah terhadap dolar, yang terjadi saat ini juga berbeda dengan apa yang terjadi pada tahun 1998.

"Mohon maaf, yang membandingkan nilai tukar rupiah sekarang dengan saat krisis 1998, bahwa dulu itu rupiah naik ke Rp16 ribu dari yang awalnya Rp2.500 (per Dolar AS). Naiknya hampir 8 kali lipat. Sementara yang sekarang, ke Rp16 ribu itu dari Rp 13.800," ucapnya.

3. BI akan memitigasi dampak virus corona ke pasar keuangan

BI: Jangan Panik, Kondisi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998-2008Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Untuk itu BI memastikan akan terus memperkuat kebijakannya untuk memitigasi dampak virus corona ke stabilitas ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

"Kami menekankan kembali BI akan menggunakan berbagai instrumen moneter, pasar, dan lainnya untuk bersama koordinasi Kementerian Keuangan, OJK, LPS dan lainnya untuk stabilisasi dampak negatif COVID-19," ujarnya.

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com. 

Baca Juga: Demi Kuatkan Rupiah, BI Suntik Pasar Hingga Rp300 Triliun

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya