Peternak Babi di Klungkung Kembali 'Dihantui' ASF

Ada kematian babi di Kabupaten Karangasem

Klungkung, IDN Times - Wabah virus african swine fever (ASF) atau demam babi Afrika di Bali kembali mencuat. Itu terjadi setelah ada beberapa babi di Kabupaten Karangasem mati dengan gejala mirip ASF. Klungkung menjadi wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem. Sehingga hal inilah yang membuat peternak di Kabupaten Klungkung khawatir.

Wabah ASF sangat merugikan peternak, karena memiliki tingkat kematian di atas 90 persen. Sehingga peternak rentan mengalami kerugian secara ekonomi.

"Informasinya sudah ada puluhan ternak mati di Karangasem diduga ASF. Kami peternak tentu waswas, kalau virus itu kembali mewabah. Kami tentu merugi," ungkap peternak asal Desa Nyalian, Kecamatan Klungkung, Gere Riasa, Rabu (20/3/2024).

1. Peternak di Klungkung mengaku masih trauma dengan ASF

Peternak Babi di Klungkung Kembali 'Dihantui' ASFPetugas kesehatan hewan mengecek kesehatan ternak babi di Klungkung. Klungkung(Dok.IDNTimes/istimewa)

Virus ASF menjadi momok menakutkan bagi peternak di Kabupaten Klungkung. Dampak ASF dapat menimbulkan kerugian materiil yang sangat besar bagi peternak. Tidak hanya mati, muncul isu ASF saja membuat harga ternaknya anjlok.

"ASF tentu sangat merugikan peternak, karena tingkat kematiannya tinggi. Kalau babi sudah lemas dan tidak mau makan, kemungkinan besar mati," ungkap Gede Riasa.

Ia juga mengaku trauma setelah wabah ASF tahun 2010 silam. Ia masih berusaha bangkit setelah wabah ASF tahun 2010, yang membuatnya mengalami kerugian ratusan juta Rupiah.

"Sekarang saya baru bangkit, baru punya empat indukan. ASF ini sangat merugikan. Jangankan terjangkit, baru ada isu ASF saja, harga ternak sudah anjlok. Belum lagi sekarang harga pakan sangat mahal," keluhnya.

2. Ada kematian mendadak ternak, Dinas Pertanian Klungkung belum berani sebut karena ASF

Peternak Babi di Klungkung Kembali 'Dihantui' ASFPetugas kesehatan hewan mengecek kesehatan ternak babi di Klungkung. Klungkung(Dok.IDNTimes/istimewa)

Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida, mengatakan sebulan belakangan pihaknya menerima laporan adanya ternak warga di Desa Timuhun yang mati karena sakit.

Pertama, kematian pada awal Februari 2024. Indukan babi mati saat melahirkan. Kedua, pada pertengahan hingga akhir Februari 2024 ada dua ekor babi mati.

"Babi yang mati ini dalam rentang waktu dua minggu, diawali dari gejala babi sakit," kata Juanida, Rabu (20/3/2024).

Pihaknya melakukan pemantauan khusus pascakematian. Awal Maret 2024, ada tiga ekor babi lagi yang sakit, dan bisa disembuhkan dengan pemberian obat.

"Kalau untuk babi yang mati, kami belum bisa pastikan karena ASF atau bukan, karena tidak memperoleh sampel untuk dilakukan uji laboratorium. Pemilik hanya melaporkan kejadian kepada petugas yang sedang melakukan pemantauan hewan ternak. Semoga saja tidak ASF," ungkap dia.

3. Puluhan ternak babi mati mendadak di Kabupaten Karangasem

Peternak Babi di Klungkung Kembali 'Dihantui' ASFPengecekan terhadap ternak warga yang mati di Karangasem beberapa waktu lalu. (Dok.IDN Times/istimewa)

Sementara di Kabupaten Karangasem, puluhan ternak babi mati mendadak dengan gejala kulit memerah pada bagian leher hingga kepalanya. Lokasi babi mati mendadak itu tersebar di seluruh Kecamatan seperti Manggis, Karangasem, Rendang, Sidemen, Kubu, Selat, Bebandem, hingga Abang.

"Dari ciri-ciri dan gejala yang timbul pada ternak babi yang mati, memang dugaan mengarah ke suspek ASF," ujar Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, Senin (18/3/2024).

Untuk memastikan penyebab kematian, pihaknya telah mengambil sampel ternak babi di beberapa lokasi, lalu dikirim ke laboratorium di Kota Denpasar.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya