Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam Punah

Generasi muda di Klungkung gak ada yang mau meneruskannya

Klungkung, IDN Times - Kerajinan selongsong peluru sempat menjadi ikon kesenian khas Desa Kamasan, Klungkung. Namun karena sepinya order dan kesulitan mencari bahan baku, membuat kerajinan unik khas Desa Kamasan ini terancam punah.

1. Sebulan lebih tidak dapat order

Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam PunahInstagram.com/ms_selongsongpeluru

Baca Juga: Jelang IMF, Polres Klungkung & Masyarakat Bersihkan Bypass IB Mantra

Rak kaca milik I Made Sumerta (70), asal Desa Kamasan, Klungkung  mulai dikotori jaring laba-laba. Hanya tersisa em[at kerajinan selongsong peluru di rak kaca tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, Made Sumerta tidak pernah mendapatkan orderan kerajinan peluru berukirkan wayang Kamasan.

padahal sebelumnya, rak kacanya tersebut terdapat puluhan model selongsong peluru sebagai pajangan supaya bisa dilihat calon pembeli. Namun saat ini hanya tersisa empat buah. Ia tidak lagi menekuni pembuatan kerajinan tersebut, karena sepinya order.

"Kalau kerajinan selongsong peluru harus nunggu order, dan ketersediaan bahan baku. Padahal kerajinan selongsong peluru ini sempat sangat terkenal dan laris beberapa tahun lalu,” Ujar Made Sumerta sembari menunjukkan kerajinan selongsong peluru yang disimpannya di kediamannya, Jumat (5/10).

2. Sulit mencari bahan baku

Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam PunahInstagram.com/ms_selongsongpeluru

Kerajinan selongsong peluru yang dikerjakan I Made Sumerta beberapa tahun lalu sempat primadona, dan jadi ciri khas Desa Kamaran, di samping seni lukis. Di tangannya yang terampil, peluru yang biasanya menjadi amunisi tank, mampu ia ubah menjadi barang yang memiliki nilai seni tinggi seni.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir order kerajinan selongsong peluru sepi order. Selain karena sepi order, terbatasnya produksi kerajinan selongsong peluru juga karena susahnya mencari amunisi peluru sebagai bahan bakunya.

“Kita tidak bisa mencari stok dan buat kerajinan selongsong peluru terus, hanya layani pesanan saja. Itupun cari bahan bakunya sangat susah. Di Indonesia kan tidak ada perang, jadi tentu susah cari peluru bekas pakai untuk bahan baku kerajinan ini. Kalau dulu agak gampang saya cari bahan baku di Surabaya. Kalau sekarang sangat susah,” jelas Made Sumerta sembari tertawa.

Sebelumnya,, ada beberapa orang yang membawakannya selongsong peluru untuk bahan baku. Ia membelinya seharga Rp400 ribu untuk satu selongsong peluru bekas. Namun saat ini, sudah mulai jarang ada yang membawakannya peluru.

3. Kelihatannya sepele ya, tapi pekerjaan ini penuh risiko

Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam PunahIDN Times/Wayan Antara

Sumerta yang pergerakannya sudah mulai lamban karena usia, saat ini hanya menerima pembuatan kerajinan selongsong peluru jika ada order. Itupun tidak menentu. Untuk satu kerajinan selongsong peluru berukiran kesenian Kamasan, biasanya mampu ia kerjakan selama seminggu.

Ia menjual kerajinan selongsong peluru seharga Rp1 juta untuk ukuran sedang, hingga Rp1,5 juta untuk yang ukuran besar.

“Biasanya angkatan (TNI), sering mengorder kerajinan selongsong peluru ini. Mereka biasanya yang langsung memberikan bahan bakunya,” ujar Sumerta.

Menggeluti kerajinan selongsong peluru, juga termasuk pekerjaan yang sangat berisiko. Sekitar dua tahun lalu, kaki I Made Sumerta pernah terluka cukup parah karena terkena serpihan peluru.

Kertika itu, ia tidak menyadari jika peluru yang akan ia garap masih menyisakan mesiu dan serpihan tajam.

I Made Sumerta dibantu sang istri, Ni Nengah Rungis, menceritakan jika dirinya mulai membuat kerajinan selongsong peluru sejak tahun 1970an. Ketika itu ia hanya coba-coba. Namun karena ada yang tertarik dan memesannya, ia mulai menekuni serta memasarkan hasil karyanya tersebut.

Kerajinan ini sempat mencapai puncaknya saat dekade tahun 2000an. Hasil karya I Made Sumerta dipasarkan di seluruh Indonesia. Ia kerap diundang pemerintah daerah maupun pusat untuk keliling mengikuti pameran di seluruh Indonesia.

4. karya seni bukan mata pencaharian, tapi bagian dari identitas Desa Kamasan

Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam PunahInstagram.com/ms_selongsongpeluru

Baca Juga: Dinilai Merugikan, Aliansi Rakyat di Denpasar Tolak Digelarnya IMF

I Made Sumerta mengungkapkan kekhawatirannya akan kelanjutan produk kesenian di Kamasan, khususnya kerajinan selongsong peluru. Menururnya, saat ini sama sekali tidak ada generasi muda di Desa Kamasan yang mau melanjutkan tradisi leluhur, seperti menjadi seorang seniman lukis, ukir atau menjadi seorang pande (Pandai besi).

“Saya khawatir semua kesenian di Desa Kamasan punah. Saya lihat anak muda sekarang jarang mendalami dan meneruskan kerajinan atau pekerjaan luluhur. Mereka kebanyakan memilih kerja di kantoran dan pekerjaan lain. Bahkan pande besi seperti sekarang, yang tersisa hanya orang-orang tua,” ujar Made Sumerta.

Pria yang sudah berusia senja tersebut berharap, agar generasi muda di Desa Kamasan tidak serta merta meninggalkan warisan kesenian leluhur, meskipunn sudah bekerja di sektor lain.

Karena kesenian menurutnya bukan semata tentang mata pencaharian. Namun bagian dari kepribadian, dan identitas sebagai warga Desa Kamasan yang selama ini dikenal sebagai Desa Seni di Klungkung.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya