Dilema di Tabanan, Berhenti Jadi Petani Sayur Ketika Harganya Naik

Harganya memang sempat jatuh sih. Tomat aja Rp1000 per kg

Tabanan, IDN Times - Selama lima bulan yaitu Mei hingga September 2020, harga sayur mayur di tingkat petani jatuh. Hal itu karena panen yang biasanya masuk ke hotel dan restoran tidak terserap akibat pandemik COVID-19, dan akhirnya melimpah di pasar lokal.

Kondisi ini kemudian mulai membaik beberapa minggu belakangan, di mana harga sayur kembali merangkak naik. Tetapi beberapa petani justru memutuskan untuk tidak menanam sayur kembali meski harga sudah membaik.

Baca Juga: Tabanan Alokasikan Dana Penanganan COVID-19 Rp67,9 Miliar, Masih Sisa?

1. Harga tomat sempat menyentuh Rp1000 per kilogram

Dilema di Tabanan, Berhenti Jadi Petani Sayur Ketika Harganya NaikTanaman sayur di Baturiti, Tabanan (Dok.IDN Times/East West Seed Indonesia)

Seorang petugas lapangan dari East West Seed Indonesia di Bali, Sayu Putu Okta, mengatakan selama melakukan survei di Tabanan, harga sayur tingkat petani cenderung jatuh pada bulan Mei hingga September.

"Awal pandemik COVID-19 kan Maret. Tetapi harganya masih baik bulan itu. April mulai turun. Puncaknya Mei hingga September," ujarnya, Sabtu (24/10/2020).

Ia mencontohkan tomat yang menyentuh harga Rp1000 per kilogram, selada keriting mencapai Rp2000-Rp4000 per kilogram, dan pakcoy menyentuh harga Rp2000 per kilogram.

Menurut Sayu, harga sayur turun kemungkinan karena serapannya berkurang akibat hotel, restoran, dan tempat pariwisata tutup. Selain itu, banyak masyarakat yang banting setir menjadi petani sayur sehingga stoknya melimpah di pasaran.

"Bahkan karena saking murahnya, petani memilih memberikan hasil panen sayurnya ke ternak sapi," ungkap Sayu.

2. Harganya mulai membaik setelah satu bulan terakhir

Dilema di Tabanan, Berhenti Jadi Petani Sayur Ketika Harganya NaikSayur yang ditanam petani di Tabanan (Dok.IDN Times/East West Seed Indonesia)

Setelah terpuruk cukup lama, harga sayur di tingkat petani mulai membaik pada bulan Oktober 2020. Misalkan tomat saat ini harganya naik menjadi Rp2000 perkilogram, selada keriting menjadi Rp25 ribu perkilogram, pakcoy menjadi Rp4000 perkilogram,dan selada bulat menjadi Rp8000 per kilogram.

Sayu berpendapat, hal itu terjadi kemungkinan karena beberapa petani mengurangi populasi tanaman, di mana mereka tetap menanam tetapi tidak sebanyak dari biasanya. Sehingga ketersediaan sayur di pasaran tidak sebanyak sebelumnya.

"Petani dadakan juga kemunginkan berkurang jumlahnya," katanya.

Untuk permintaan bibit yang diproduksi oleh East West Seed Indonesia, paling banyak adalah jenis kembang kol varietas Aquina f1, buncis Logawa, pakcoy Nauli f1, sayur hijau/caisim Shinta, dan sawi Leony f1.

Baca Juga: Silakan Mendaftar! UMKM di Tabanan Dapat Bantuan Dana dari Presiden

3. Petani sayur Baturiti memilih tidak menanam sayur sampai pariwisata Bali membaik

Dilema di Tabanan, Berhenti Jadi Petani Sayur Ketika Harganya NaikKondisi lahan milik petani sayur Baturiti yang tidak ditanam selama dua bulan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Seorang petani sayur Baturiti, Wayan Mustika, memiliki lahan seluas satu hektare. Namun ia belum berencana untuk menanam kembali meski harga sayur sudah membaik. Ia mengaku mengalami kerugian hingga Rp10 juta selama pandemik.

Mustika memilih berhenti menanam sayur dan menunggu sampai pariwisata di Bali membaik.

"Sudah dua bulanan tidak tanam lagi. Karena takut tidak ada yang beli," kata Mustika.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya