Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual Mahal

Bangga dados nak Bali

Karangasem, IDN Times - Jika kalian tahu, pulau Bali tak hanya memiliki budaya dan alam saja yang bisa dijual. Di Karangasem, ada produk lokal yang bisa dijadikan sumber pendapatan besar. Yakni garam.

Ya, ada beberapa wilayah di Bali jadi sumber penghasil garam laut. Seperti Amed di Kabupaten Karangasem, Kusamba di Kabupaten Klungkung, Tejakula dan Pemuteran di Kabupaten Buleleng.

Karena itulah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mendorong supaya wilayah tersebut memasarkan garam artisan atau garam laut produksi petambak di Bali, karena celah pasarnya sangat besar.

Namun kendalanya, pemerintah hanya mengakui garam beryodium saja yang boleh dikonsumsi.

1. Garam laut yang diproses secara fortifikasi justru memiliki banyak peminat di kalangan tertentu

Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual MahalPixabay/LoggaWiggler

Menurut Asisten Deputi Bidang Sumberdaya Mineral dan Energi NonKonvensional Kemenko Bidang Kemaritiman, Amalyos Chan, garam laut yang tidak diproses fortifikasi yodium tidak dapat diedarkan secara luas. Karena kebijakan pemerintah hanya mengakui garam beryodium sebagai garam konsumsi.

"Diperlukan pengecualian untuk garam seperti ini karena dapat menjadi sumber pendapatan yang layak bagi petambak garam," katanya.

Padahal lanjutnya, garam khas itu memiliki harga yang bagus, bahkan lebih mahal dari garam dapur biasa.

Selain itu sudah ada permintaan dari segmen tertentu, misalnya untuk kebutuhan sajian "gourmet" yang selama ini banyak masuk melalui impor, untuk kebutuhan khusus penderita penyakit auto imun dan autisme yang membutuhkan garam organik.

Sekadar diketahui, fortifikasi adalah penambahan gizi pada suatu makanan untuk meningkatkan kualitas pangan.

Baca Juga: 6 Permintaan yang Dibutuhkan Wisman Tiongkok Jika Berlibur ke Bali

2. Pembeli garam artisan harus menyasar masyarakat khusus yang memang membutuhkan

Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual Mahalpexels.com/Valeria Boltneva

Amalyos menjelaskan, garam artisan dihasilkan dengan teknik khusus yang lebih rumit dan memiliki kekhasan rasa. Karena itulah nilai harga jualnya yang jauh lebih baik dibandingkam dengan garam meja biasa.

Segmen pembeli garam semacam ini memang dari kalangan tertentu saja, tidak bisa dijual ke segmen pasar bawah. Kata Amalyos, hanya konsumen yang memahami dan memerlukan karakter dari garam artisan saja yang akan membeli garam tersebut.

"Jika pasokan garam khusus itu tidak dipenuhi dalam negeri, maka akan dipasok dari luar dan menghilangkan kesempatan perajin garam lokal mendapatkan manfaat dari permintaan garam khusus ini," ungkapnya.

3. Garam Amed di Karangasem punya potensi besar untuk memenuhi kebutuhan tersebut

Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual Mahalarabamerica.com

Selain itu, keunikan cara produksi telah membuahkan sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia karena memiliki nilai dagang seperti garam artisan dari Amed, Bali Utara telah memiliki Sertifikat Indikasi Geografis (IG).

"Celah pasar ini, sebaiknya diisi oleh garam produksi dalam negeri, menjaga kearifan lokal, daripada diisi oleh produk impor," imbuhnya.

4. Bali Utara bukan merupakan sentra produksi garam nasional

Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual Mahalalituranaturals.com

Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng yang diwakili A Manaf menjelaskan, Bali Utara bukan merupakan sentra produksi garam nasional melainkan sebagai daerah penyangga garam garam nasional.

Dalam mendorong usaha pergaraman, telah dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi tambak garam serta diversifikasi produk, termasuk produk nonpangan seperti garam mandi dan garam spa.

Sebagai daerah penyangga, lanjutnya, petambak harus kreatif mencari segmen pasar yang sesuai dengan produk garam yang dihasilkan.

Garam tradisi itu, kata dia tidak diproduksi secara massal karena unik dan tidak ada di tempat lain. Makanya garam Amed sering dijadikan sebagai buah tangan saja oleh wisatawan.

5. Garam Tejakula dibuat secara organik dan tradisional, tidak pakai essence

Garam Laut Produksi Petambak di Bali Berpotensi Bisa Dijual MahalPexels/Artem Bali

Pengrajin garam dari Buleleng, Wayan Kanten, mengaku untuk proses produksi di daerah Tejakula, masih digunakan tinjungan dan palungan sebelum proses kristalisasi di rumah kaca.

Garam yang dihasilkan berupa kristal berbentuk prisma dan bersih, yang sebagian di antaranya diolah menjadi bumbu rempah organik dengan tambahan kunyit, teleng, merica dan lainnya, serta diolah menjadi produk nonpangan.

"Semuanya organik, tidak pakai essence. Tapi karena produk ini tidak awet, kami hanya membuatnya berdasarkan pesanan," kata Kanten dari Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Uyah Buleleng.

Ia berharap produk yang mereka hasilkan bisa diekspor secara luas dan dapat dipasarkan di Indonesia. Ia juga menginginkan ada pengecualian izin edar untuk garam tradisi itu.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya