Tren Bisnis Thrifting di Bali: Gelar Lapak Hingga di Toko Modern

Siapa yang suka belanja di sini?

Denpasar, IDN Times - Tren bisnis thrifting, terutama barang bekas fashion sesungguhnya bukan lagi bisnis jenis baru. Bisnis ini sudah lama digeluti masyarakat, namun kelangsungannya terkendala dengan larangan pemerintah soal perdagangan pakaian bekas impor nasional.

Hal itu termuat dalam peraturan Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 tahun 2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

Sebagai daerah pariwisata, pasar thrifting fashion di Bali juga lumayan diminati masyarakat. Lokasi thrifting fashion terkenal di Bali di antaranya Pasar Kodok, Kabupaten Tabanan dan Marlboro Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat. Lokasi ini menjual fashion bekas dengan kapasitas yang lumayan besar. Selain itu ada pula penjual baju bekas ini di beberapa lokasi pasar rakyat di Denpasar.

Baca Juga: Produk Pangan Olahan Bali Kalah di Pasar Lokal

1. Harga fashion bekas di lapak biasa lebih murah

Tren Bisnis Thrifting di Bali: Gelar Lapak Hingga di Toko ModernLokasi penjualan baju bekas di Jalan Teuku Umar Barat, Denpasar. (IDN Times/Ayu Afria)

Sekitar 10 lokasi thrifting fashion di Jalan Teuku Umar Barat terlihat selalu ramai. Mereka buka mulai sore hari hingga sekitar pukul 22.00 Wita di lahan pekarangan di pinggir jalan raya. Di lokasi tersebut beraneka jenis fashion bekas dengan berbagai merek biasa dan terkenal diperjual belikan. Harganya pun terbilang miring, kisaran Rp25 ribu hingga Rp175 ribu.

Para calon pembeli akan disuguhi deretan produk, mulai dari old fashion hingga tren terbaru yang digantung berjajar menggunakan hanger. Bahkan jika beruntung, calon pembeli akan menemukan barang yang masih dalam kondisi bagus atau baru, lengkap dengan mereknya. Para penjual fashion bekas ini mengambil barangnya dari Pasar Kodok di Kabupaten Tabanan.

2. Toko thrifting fashion lebih representatif dengan maneken

Tren Bisnis Thrifting di Bali: Gelar Lapak Hingga di Toko ModernThrifting fashion di Denpasar. (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, beberapa pelaku bisnis thrifting fashion di Denpasar menggelar dagangannya di toko yang lebih representatif layaknya toko baju modern. Fashion second hand tersebut juga dipasang di maneken.

Mereka juga menyediakan tempat untuk ganti baju dan mencoba produk yang akan dibeli. Para calon pembeli dibuat lebih nyaman saat berbelanja. Harga yang ditawarkan per pieces biasanya mulai dari Rp40 ribu. Pembelian untuk 3 pieces, dibanderol mulai harga Rp105 ribu. Beberapa toko ini terletak di Jalan Raya Puputan dan Jalan Raya Teuku Umar Barat, Denpasar.

3. Harga fashion preloved di market place cukup mahal

Tren Bisnis Thrifting di Bali: Gelar Lapak Hingga di Toko ModernScreenshot facebook

Tidak hanya itu, pakaian bekas juga dijual di market place media sosial di beberapa grup Facebook. Mereka terdiri dari masyarakat lokal hingga Warga Negara Asing (WNA) yang biasanya akan meninggalkan Bali.

Kualitas pakaian bekas yang ditawarkan tentu berbeda. Harga yang dibanderol juga menyesuaikan dengan kondisi pakaian tersebut. Kebanyakan pakaian bekas yang dijual di market place merupakan gaun-gaun dan pakaian perempuan.

Warga Kuta, Kabupaten Badung, Kadek Febri (28), menyampaikan bahwa ia kadang pergi ke Pasar Badung bersama kakaknya untuk membeli pakaian second hand ini. Selain Pasar Badung, biasanya juga ke Pasar Kodok, di Kabupaten Tabanan dan bazar dadakan.

Sekali belanja, kakaknya akan merogoh kocek Rp500 ribu untuk membeli sejumlah sweater ala Korea. Febri mengaku selain harganya yang murah, beberapa item memang memiliki kualitas bagus.

"Biasanya cari di Tabanan, tapi kemarin cari di Pasar Badung. Beli kemeja sweater layak pakai. Belum pernah nemu yang branded. Tapi walupun ada, nggak beli kalau nggak sesuai," ujarnya. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya