Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung Tipis

Ada yang tertarik mau bisnis lobster?

Denpasar, IDN Times – Lobster menjadi bagian komoditas ekspor di sektor perikanan dan kelautan. Tidak hanya lobster dewasa saja, tetapi benihnya pun bisa diekspor sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan dan Lalu Lintas Benih Lobster dari Wilayah Indonesia.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo, kebijakan itu dilakukan untuk kesejahteraan nelayan. Namun kini ia terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus ekspor benih lobster, Rabu (25/11/2020).

Direktur PT Alam Laut Agung yang menjadi perusahaan ekspor benih lobster di Provinsi Bali, I Nyoman Alit Sukantara, membeberkan bagaimana bisnis lobster di Indonesia. Dari penjabaranya, modal yang harus dikeluarkan banyak namun keuntungannya tipis.

“Bisnis ekspor benih lobster tidak seperti berbau yang diomongin di tivi-tivi (Bisnis yang menjanjikan, red). Rugi. Kosong. Eksportir banyak rugi,” kata Alit ketika dihubungi IDN Times, Rabu (25/11/2020).

Baca Juga: Ekspor Benur Bali-Vietnam Dihentikan Setelah Edhy Prabowo Ditangkap

1. Modal awal untuk membuat kerangkeng sebesar Rp400 juta. Belum termasuk benih dan tenaga budidayanya

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung TipisAquariumfiltersetup.com

Untuk menyiapkan tempat budidaya lobster memerlukan modal sebesar Rp400 juta. Modal sebesar itu hanya untuk membeli kerangkeng berukuran 3x3 meter sebanyak 12 biji. Belum termasuk benih lobster dan tenaga budidaya yang melibatkan para nelayan.

“Beli kerangkengnya, beli ininya, beli itunya. Itu Rp400 juta,” jelas Alit.

2. Pakannya lobster adalah oyster yang sulit dicari

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung Tipisthemagicoyster.com

Untuk mendapatkan pakan lobster terbilang sulit. Selain terkendala jarak yang jauh (Memerlukan biaya transportasi), juga tidak gampang mencarinya. Makanya harga pakan lobster menjadi tinggi.

“Makannya lobster itu seperti oyster, ruca-ruca, terus sama kepiting atau rajungan ya. Kalau di Vietnam itu sudah ada yang ngulakin (Mengumpulkan) dan ini harus fresh,” kata Alit.

Baca Juga: Profil 3 Perusahaan di Bali yang Mendapat Izin Ekspor Benih Lobster

3. Nelayan Indonesia jarang yang membudidayakan lobster berukuran 50 sampai 75 gram, padahal sudah banyak disediakan di laut

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung TipisAmirullah, seorang pembisnis sekaligus penampung lobster (IDN Times/Saifullah)

Sebenarnya nelayan Indonesia bisa mengambil banyak lobster di lautan Indonesia yang beratnya sudah mencapai 50 sampai 75 gram., dan hanya memerlukan waktu tiga bulan untuk bisa mencapai berat 200 gram. Namun kata Alit, tidak banyak nelayan yang memanfaatkan itu untuk membudidayakan lobster berukuran 50 sampai 75 gram. Padahal di Vietnam, dari benih saja perlu waktu satu tahun untuk memeliharanya.

“Sedikit sekali yang mau budidaya,” paparnya.

Baca Juga: Pengepul di Tabanan Fokus Ekspor Lobster Pasir Langsung Konsumsi

4. Harga lobster sekitar Rp300 ribu per kilogram

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung Tipisfishmanmkt.com

"Bukan jutaan." Itulah fakta yang dikatakan oleh Alit. Harga lobster di Indonesia sekitar Rp300 ribu per kilogram. Sedangkan harga benihnya dari petani hanya sekian ribu. Ketika dijual, benihnya seharga Rp70 ribu.

“Beli lobster satu kilo. Sekarang di pasaran cuma Rp300 ribu. Satu kilo lho. Satu kilo itu yang biasanya 250 gram itu dapat empat,” ucapnya.

5. Keuntungan eksportir sangat tipis

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung TipisEdhy Prabowo di tambak udang vaname wilayah selatan Jawa Barat dari Pelabuhan Ratu hingga Kabupaten Garut (Instagram.com/edhy.prabowo)

Kebijakan Edhy Prabowo terkait ekspor benih lobster dianggapnya sesuatu yang baik untuk masyarakat dan Negara. kebijakan Edhy juga menguntungkan para nelayan dan pengepul, sementara keuntungan eksportir begitu tipis.

“Intinya itu bagus. Ya kita tetap memang harus budidaya. Gitu. Nah, tapi kan untuk melaksanakan budidaya seperti di Vietnam,  itu kan perlu waktu dan etos kerja masyarakat yang tinggi. Gitu lho,” jelasnya.

“Ya kita doakan sajalah semoga Pak Menteri sehat. Bisa menyelesaikan masalahnya,” harapnya.

6. Pengepul di Tabanan memilih bisnis ekspor lobster siap konsumsi

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung TipisANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Sementara di satu sisi, Tabanan menjadi Kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki kekayaan laut berupa lobster pasir, dan menjadi pendapatan terbesar nelayan selain ikan. Seharusnya semenjak ada Permen KP Nomor 12 Tahun 2020, ekspor benih-bening lobster (BBL) bisa jadi potensi bisnis yang menjanjikan bagi nelayan.

Namun nyatanya, nelayan maupun pengepul lobster di Tabanan lebih fokus pada penangkapan lobster siap konsumsi untuk pemenuhan ekspor.

Seorang pengepul lobster di Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Dewa Gede Ada Artana, mengatakan aturan baru yang membuka peluang untuk usaha BBL lantas tak membuat pihaknya langsung terjun ke sana (Penangkapan BBL).

"Memang sempat ada yang menawarkan. Tetapi saya lebih memilih fokus untuk usaha di lobster konsumsi dengan mengikuti aturan yang ada saat ini. Saya juga dengar dari nelayan susah untuk mengembangkan usaha penangkapan BBL ini," katanya, Rabu (25/1/2020).

Seperti diketahui, Permen KKP Nomor 12 Tahun 2020 telah mengubah aturan berat lobster yang boleh ditangkap untuk ekspor, dari yang 200 gram menjadi 150 gram. 

Bulan Oktober dan November merupakan puncaknya musim lobster pasir. Satu jukung nelayan bisa menangkap dua sampai empat kilogram lobster pasir.

"Saat ini lobster yang ada di kedalaman banyak keluar dan ukurannya besar-besar. Rata-rata 300 gram beratnya per ekor," ungkapnya.

Harga jual lobster kualitas ekspor di tingkat petani, kata Dewa Ada, sebesar Rp240 ribu per kilogram.

"Kalau saya di pengepul bisa mengumpulkan 50-80 kilogram lobster pasir dalam sehari," katanya.

Permintaan ekspor lobster dari ekportir masih stabil sampai sekarang. Berap pun jumlah yang ia kumpulkan masih bisa terserap.

"Di kondisi seperti saat ini, nelayan dan kami sebagai pengepul masih ada harapan menopang ekonomi dari menangkap lobster sesuai aturan," paparnya.

7. Tabanan tidak punya teluk dan topografi di pinggiran laut yang banyak tebing. Sehingga budidaya BBL sulit dilakukan

Menguak Fakta Bisnis Lobster di Bali, Eksportir Untung TipisANTARA FOTO/Septianda Perdana

Satu syarat untuk menangkap BBL yang ditetapkan oleh pemerintah adalah hasil tangkapannya harus dibudidayakan dulu. Setelah dibudidayakan, maka sebagian BBL harus dilepasliarkan untuk memastikan keberlanjutan stoknya di alam.

Namun Tabanan cukup sulit untuk memenuhi syarat itu. Kepala Bidang Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Tabanan, I Kade Artina, beberapa waktu lalu memaparkan sampai sekarang belum ada usaha pembudidayaan ikan laut, termasuk juga BBL, di Tabanan karena ombak lautnya besar.

"Laut di Tabanan ini adalah bagian pantai selatan yang ombaknya keras. Sehingga sulit untuk dikembangkan budidaya," terang Artina.

Selain itu, Tabanan juga tidak punya teluk dan topografi di pinggiran laut yang banyak tebing. Sehingga budidaya BBL sulit dilakukan di pinggir laut. Jika budidaya dengan membuat tambak atau kolam sebenarnya bisa saja dilakukan. Hanya saja perencanaannya harus baik dan modalnya besar.

Artikel ini hasil kolaborasi jurnalis Ayu Afria Ulita dan Wira Sanjiwani. 

Baca Juga: [BREAKING] Edhy Prabowo Ditangkap Terkait Izin Ekspor Benih Lobster

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya