6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7

Berdasarkan laporan Travel 2022: Trends and Transitions

Denpasar, IDN Times - Dua tahun pandemik, kini untuk kali pertama pemesanan tiket pesawat untuk perjalanan bisnis dan liburan di seluruh dunia, telah melampaui level sebelum pandemik. Berdasarkan penelitian terbaru dari Mastercard Economics Institute, peningkatan tak hanya terjadi pada perjalanan udara, juga pada pengeluaran untuk pelayaran, bus, dan kereta api.

Mastercard yang mencakup 37 pasar di seluruh dunia dan 9 pasar di Asia Pasifik ini telah merilis laporan Travel 2022: Trends and Transitions. Dalam laporan tersebut Indonesia berada di urutan ke-7 dari 10 negara yang tercatat mengalami peningkatan perjalanan global di era pandemik COVID-19. Peningkatan ini diungkapkan terjadi setelah adanya vaksin dan pelonggaran pembatasan aktivitas.

Berikut fakta-fakta bangkitnya industri perjalanan untuk wilayah Asia Pasifik berdasarkan laporan hingga April 2022:

Baca Juga: Bali Layani 7 Rute Penerbangan Internasional, Pariwisata Mulai Pulih 

1. Pembukaan kembali perbatasan menempatkan Asia kembali pada peta wisata

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Menurut analisis Mastercard Economics Institute, tren pemesanan tiket pesawat terus berlanjut. Diperkirakan ada 430 juta lebih penumpang akan terbang di Asia Pasifik dibandingkan tahun lalu. Prospek industri perjalanan untuk kawasan ini disebut cukup menjanjikan.

Bahkan di pasar seluruh kawasan Asia Utara dan Tiongkok daratan yang belum melonggarkan perbatasan, kondisi ini kemungkinan akan terjadi di seluruh Asia Pasifik dan dunia.

2. Peningkatan permintaan diperkirakan akan mendorong pemulihan sektor perjalanan

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7Ilustrasi suasana pesawat di tengah pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Setelah 2 tahun tidak ada aktivitas perjalanan di kawasan Asia Pasifik, pelonggaran pembatasan perjalanan dan pembukaan kembali perbatasan telah memicu lonjakan permintaan untuk perjalanan inbound dan outbound di tahun 2022.

Tren yang diamati di pasar di seluruh wilayah Asia Pasifik adalah konsumen mulai menggunakan tabungan mereka untuk melakukan perjalanan. Pada tahun 2022, perbatasan Australia dibuka, yang mengakibatkan keinginan bepergian secara mendadak.

Selain itu, pemesanan tiket pesawat dari Australia ke Indonesia, melonjak hampir 200 persen pada tahun 2022. Penerbangan ke Amerika Serikat meningkat lebih dari 2 kali lipat.

3. Pengeluaran perjalanan lebih banyak untuk pengalaman daripada barang

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7ilustrasi pasangan traveling (freepik.com/jcomp)

Secara global, untuk sebagian besar tahun ini, pengeluaran turis internasional lebih banyak untuk mendapatkan pengalaman, dari pada membeli barang-barang saat berada di sebuah destinasi.

Nah, tren ini juga terlihat di Asia, di mana Singapura tercatat sebagai salah satu destinasi dengan pengeluaran wisatawan internasional tertinggi untuk pengalaman secara global. Dengan peningkatan sebesar 60 persen dalam pengeluaran dari level sebelum pandemik hingga Maret 2022.

Namun, pasar lain di seluruh kawasan Asia Pasifik mengungkapkan gambaran yang lebih beragam, dengan rendahnya pariwisata inbound yang terjadi di Indonesia dan Korea Selatan, yang perbatasannya dibuka pada bulan April 2022. Ini akan menjadi tren penting yang harus diperhatikan selama sisa tahun ini karena pembatasan perjalanan yang sedang berlangsung di seluruh kawasan secara bertahap mulai dicabut. Wisatawan Asia Pasifik mulai berbelanja dan melakukan pengeluaran di luar negeri.

4. Pilihan destinasi perjalanan dipengaruhi oleh pembatasan mobilitas

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7Suasana Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai saat PPKM mikro (Dok.IDN Times/Bandara Ngurah Rai)

Sejak awal pandemik, tren mengungkapkan bahwa orang-orang lebih memilih destinasi perjalanan yang tidak terlalu rumit untuk dikunjungi di tengah persyaratan masuk dan karantina yang membingungkan, pembatasan perjalanan, dan prosedur tes.

Dengan demikian, Amerika Serikat tetap menjadi pilihan paling populer bagi wisatawan Asia Pasifik, diikuti oleh Australia, Singapura, Inggris, dan Kanada. Namun, dalam beberapa bulan mendatang, tren ini kemungkinan akan beralih ke perjalanan antar wilayah seiring pelonggaran pembatasan dan perjalanan domestik yang kembali meningkat.

5. Biaya perjalanan tetap tinggi di seluruh kawasan karena gangguan rantai pasokan dan biaya operasional yang lebih tinggi

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7ilustrasi seseorang memegang uang (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Defisit perjalanan yang dipicu oleh pandemik telah menambah beban biaya operasional untuk maskapai penerbangan dan industri transportasi yang lebih luas. Hal ini kemudian mengakibatkan tingginya harga tiket pesawat untuk wisatawan di Asia Pasifik dibandingkan wisatawan global.

Rata-rata harga tiket pesawat di Asia Pasifik tetap tinggi, lebih tinggi sekitar 11 persen di Australia dan 27 persen di Singapura dibandingkan tahun 2019. Karena adanya kendala dari sisi penawaran seperti lapangan kerja di bidang transportasi udara, yang terus berada di bawah level sebelum pandemik di seluruh kawasan Asia Pasifik.

6. Pengeluaran domestik mengambil momentum di seluruh industri transportasi yang terdampak

6 Fakta Bangkitnya Industri Perjalanan, Indonesia Urutan Ke-7Ilustrasi traveller (pexels.com/@kool-shooters)

Dengan orang yang semakin bergantung pada moda transportasi domestik, terutama mobil, untuk mobilitas selama pandemik, maka pengeluaran untuk sewa mobil dan tol secara konsisten melampaui level 2019 selama dua tahun terakhir.

Perjalanan domestik lewat jalur darat mengalami peningkatan permintaan yang tinggi di banyak pasar di Asia Pasifik. Di mana perjalanan darat tetap mempertahankan daya tariknya. Pengeluaran bahan bakar terus meningkat di Singapura, Hong Kong, Filipina, dan Australia.

selain itu, transportasi umum dan jalur pelayaran juga menuju pemulihan. Setelah sebelumya mengalami awal yang lambat karena pembatasan untuk perjalanan kelompok.

“Terlepas dari pemulihan yang tertunda dan berbagai risiko seperti inflasi yang berdampak pada kebebasan dalam melakukan pengeluaran, para wisatawan di Asia Pasifik telah menunjukkan keinginan yang kuat untuk kembali melakukan perjalanan,” ungkap Chief Economist, Asia Pacific and Middle East Africa of the Mastercard Economics Institute, David Mann, dalam rilis tertulisnya pada Selasa (24/5/2022).

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya