Masyarakat Bali Diminta Menerima Program Nyamuk Wolbachia

Menurut Pemprov Bali, kasus DBD di Bali masih tinggi

Denpasar, IDN Times - Peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Bali mendapat tanggapan serius dari pihak pemerintah setempat. Untuk menanggulangi dampak tersebut Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membuat terobosan yang dinamakan DBDKlim.

Peluncuran Produk Layanan DBDKlim Provinsi Bali ini disampaikan langsung saat Seminar Nasional Iklim dan Kesehatan yang bertajuk Pemanfaatan Informasi Iklim BMKG untuk Antisipasi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue, di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud), Selasa (30/4/2024) lalu.

Layanan apakah ini? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Budi Nilai Warga Lihat Sisi Negatif Wolbachia Tanpa Ilmiah

1. Tiga daerah di Bali menghadapi kasus DBD yang lumayan tinggi

Masyarakat Bali Diminta Menerima Program Nyamuk Wolbachiailustrasi gejala penyakit (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, Dewa Made Indra, berharap layanan ini dapat merespon cepat dampak DBD di Bali, terutama daerah yang angka kasusnya tinggi. Saat ini kasus DBD di Bali masih tergolong tinggi. Ada tiga daerah dengan kasus yang cukup tinggi bahkan menyebabkan angka kematian. Yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Badung.

“Jadi bukan membuat angka DBD di Bali menurun, namun melalui data dan variabel yang dibuat oleh BMKG melalui DBDklim, Dinas Kesehatan bisa membuat skema dan langkah penanggulangan yang tepat,” jelasnya.

Ia mengakui, upaya pengendalian DBD di Provinsi Bali pernah menuai pro dan kontra. Yakni penggunaan metode Nyamuk Wolbachia.

“Kebijakan ini masih menjadi pro dan kontra di masyarakat. Sehingga melalui kesempatan ini, saya juga berharap para pakar bisa memberikan edukasi terkait hal tersebut, dan masyarakat bisa menerima program Nyamuk Wolbachia tersebut,” jelasnya.

2. DBDklim sebelumnya diterapkan di Jakarta

Masyarakat Bali Diminta Menerima Program Nyamuk WolbachiaIlustrasi nyamuk Aedes aegypti (pixabay.com/Mohamed Nuzrath)

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan DBDklim adalah inisiatif penyajian informasi yang menjembatani ilmu iklim dan kesehatan masyarakat untuk menanggulangi DBD. DBDklim--yang merupakan kerja sama BMKG dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh ITB--sudah diterapkan di Provinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir. Program ini dipandang cukup berhasil, sehingga kemudian dilanjutkan di Bali.

“Dengan memanfaatkan prediksi iklim, informasi ini bertujuan untuk mengurangi kejadian DBD, mencegah wabah, melindungi masyarakat, mendorong praktik Kesehatan dan berkelanjutan,” ujarnya.

3. DBDklim Provinsi Bali bisa di-update setiap bulan

Masyarakat Bali Diminta Menerima Program Nyamuk Wolbachiailustrasi nyamuk (pexels.com/Anuj)

Ardhasena mengatakan, Peringatan Dini DBDklim Provinsi Bali bisa di-update setiap bulan dan didiseminasikan melalui laman https://staklim-bali.bmkg.go.id. Laman ini menyediakan informasi tentang prediksi kecocokan kelembapan dan angka insiden DBD. Peringatan dini kasus DBD, menurutnya juga bisa mendorong pergerakan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD.

“Sehingga dari prediksi tersebut dapat diambil langkah-langkah tindak lanjut untuk pencegahan dan penanganan DBD,” katanya,

Beberapa penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang dipengaruhi oleh musim antara lain penyakit saluran napas, saluran cerna, dan penyakit bersumber vektor. Sehingga dengan DBDklim ini, bisa langsung ditentukan langkah pencegahannya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya