Harga Robusta Meninggi, Petani Kopi Tabanan Gigit Jari

Kasihan petaninya, Belum masuk masa panen

Tabanan, IDN Times - Harga kopi robusta di Kabupaten Tabanan masih melambung tinggi. Namun di tengah bagusnya harga tersebut, petani kopi justru belum menikmatinya.
Hal ini--selain tidak ada stok kopi karena imbas buruknya hasil panen di tahun 2023--juga karena pada 2024 ini, tanaman kopi di Tabanan belum memasuki masa panen.

Petani kopi khawatir harga kopinya akan anjlok ketika musim panen tiba. Mereka berharap ketika masa panen tiba pada Juli 2024 mendatang, harga kopinya akan tetap tinggi seperti sekarang.

1. Kualitas panen kopi buruk sejak tahun 2021

Harga Robusta Meninggi, Petani Kopi Tabanan Gigit JariBiji kopi (blogspot.com)

Petani kopi di Pupuan, Made Suamanta, mengatakan sejak tahun 2023 harga kopi untuk kategori green bean menembus angka Rp 65.000 per kilogram. Tetapi ia tidak punya banyak stok kopi di tengah harganya tinggi. Menipisnya stok kopi ini karena produksi tahun 2021-2023 jeblok.

"Sebelum tahun 2021, produksi kopi didapat 1 ton per hektare. Sejak tahun 2021 hingga 2023, hanya didapatkan 3 kuintal per haktare. Kondisi ini menyebabkan stok kopi tidak melimpah meski harga sedang tinggi," ujarnya, Rabu (1/5/2024).

Kegagalan panen ini karena hujan terus menerus yang menyebabkan bunga kopi gugur sebelum waktunya. Akibatnya tidak banyak biji kopi yang dihasilkan.

2. Panen kopi dimulai Juli 2024

Harga Robusta Meninggi, Petani Kopi Tabanan Gigit JariIlustrasi kopi. (IDN Times/Indiana Malia)

Hal yang sama diungkapkan oleh Ketua Bumdes Pajahan, Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, I Gede Wiraguna. Menurutnya, harga kopi kering saat ini memang sedang mengalami kenaikan. Namun para petani kopi di Desa Pajahan belum bisa menikmatinya  karena belum musim panen, yang diprediksi pada akhir Juli atau awal Agustus 2024.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, panen tahun 2024 ini dipastikan bagus karena cuacanya mendukung.

"Cuma yang menjadi kekhawatiran petani adalah ketika musim panen, tiba-tiba harganya malah turun. Sehingga petani tidak sempat merasakan harga tinggi ini," ujar Wiraguna.

3. Kopi Desa Pajahan diekspor hingga ke Jepang

Harga Robusta Meninggi, Petani Kopi Tabanan Gigit Jaribiji kopi (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi )

Wiraguna memaparkan, petani di Desa Pajahan rata-rata menjual kopinya dalam bentuk biji kopi kering. Ada juga dalam bentuk gelondongan biji kopi basah, tergantung permintaan pasar. Sebagian besar petaninya sudah mampu mengolah sendiri, dan menjualnya dalam bentuk biji kopi kering.

Menurut Wiraguna, hasil panen kopi di Desa Pajahan terjual hingga ke luar negeri seperti Singapura, Jepang, dan Australia.

"Bumdes Pajahan menyerap kopi petani, kemudian bekerja sama dengan pihak ketiga yang menyalurkan ke Singapura, Jepang, dan Australia," terangnya.

Pihak ketiga ini juga yang melakukan pembinaan dari hulu ke hilir, sehingga biji kopi yang dihasilkan petani bisa memenuhi kualitas ekspor. Namun sekali lagi, para petani kopi di Desa Pajahan belum bisa memastikan berapa jumlah yang akan terserap tahun ini karena belum masuk musim panen.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya